Friday, March 13, 2015

Mendaki Gunung Argopuro



Gunung Argopuro populer sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil serta mengusik, kalau tak kesurupan bisa sehingga bakal kesasar tak karuan. Konon tersedia suatu taman yang sangat mistik yakni Taman Rengganis, tak semua pendaki bisa menonton taman ini. Berbagai pendaki yang sempat menonton taman ini merasa memasuki suatu taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga serta buah. Pendaki yang mengambil alias memetik tanaman tak bakal bisa keluar taman ini, ia hanya bakal berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
Gunung Argopuro merupakan salah satu gunung dari Kompleks pegunungan Iyang. Tersedia tak sedikit puncak, berbagai puncaknya memiliki struktur geologi tua serta sebagian yang lainnya lebih muda. Berbagai puncak gunung dalam kompleks ini diantaranya merupakan Gunung Semeru ( 2.847m ), Gunung Jambangan ( 2.773m ), Gunung Cemoro Kandang, Gunung Krincing, Gunung Kukusan, Gunung Malang, Gunung Saing, Gunung Karang Sela, serta Gunung Argopuro. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang telah tak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur. Ada dua jalur yang bisa ditempuh menuju puncak Gunung Argopuro yakni sebagai berikut:
1. Jalur Bremi
2. Jalur Baderan


Mekanisme pendakian

JALUR BREMI

Untuk menuju Bremi bisa ditempuh dari kota Surabaya naik bus jurusan Probolinggo. Dari kota probolinggo naik bus Akas kecil jurusan ke Bremi. Bus ini pergi dari pool Akas yang berada di terminal lama, samping hotel Bromo Indah. Bus ini pergi dua kali, pagi jam 06.00 serta siang jam 12.00, sedangkan kembali dari Bremi menuju kota Probolinggo jam 08.00 serta jam 15.00.

Sebelum melakukan pendakian harus mengabarkan diri di kantor polisi sektor Krucil untuk dicatat identitasnya. Di desa Bremi ini sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat Madura yang kadang tak mengerti bahasa Indonesia jadi agak susah berkomunikasi.

Perjalanan di mulai dari Kantor Polisi turun menuju pertigaan menuju arah perkebunan Ayer Dingin. Dengan melalui kebun penduduk yang tak sedikit ditanami jagung serta padi, selanjutnya bakal memasuki kawasan perkebunan yang ditanami kopi serta sengon. Jalur terus menanjak serta mulai memasuki kawasan hutan damar. Seusai berlangsung kurang lebih 2 jam kami bakal memasuki batas Hutan Suaka.

 Dari batas suaka alam, hutan terus lebat serta jalur terus terjal. Pendaki butuh waspada di kawasan ini tak sedikit dihuni babi hutan. Perhatikan semak - semak yang bergerak serta suara khas babi yang tak jarang timbul disekitar jalur pendakian. Bila kami telah hingga di puncak bukit jadi kami bakal menemukan persimpangan jalur. Ambil lurus bila ingin terus menuju puncak, tetapi bila ingin ke Danau Taman Nasib harus berbelok ke kanan.

Danau Taman Hidup merupakan lokasi berkemah yang lumayan luas. Di kurang lebih tempat ini kadang timbul babi hutan, kancil serta kijang, tersedia suatu danau yang luas serta tak sedikit ikannya jadi bisa dipancing. Pendaki juga bisa mengambil air bersih dari danau ini.

Tepian danau ini sangat berbahaya berupa rawa berlumpur, jadi untuk mengambil air pendaki harus melalui jembatan dermaga kayu. Dari dermaga ini pendaki seringkali mandi berenang ke dalam danau. Tetapi butuh diperhatikan bila air sangat dingin berbahaya sekali untuk berenang.

Saat udara cerah bila pendaki berteriak jadi sekonyong - konyong kabut bakal timbul di atas danau, tetapi seusai diam kabut bakal hilang lagi. Pendaki juga bisa mengelilingi danau untuk memancing ikan. Pada pagi hari kabut tebal menyelimuti danau jadi berbahaya bila ingin mengambil air, sebab bisa terjebak di rawa tepian danau. Untuk itu persiapkan air jauh sebelumnya ketika cuaca cerah.

Dari Danau Taman Nasib pendaki harus berlangsung ke arah semula menuju persimpangan serta belok ke kanan ke arah puncak. Jalur agak landai tetapi suasana hutansemakin lebat. Seusai berlangsung kurang lebih 30 menit kami bakal bertemu dengan sungai kecil yang kering. Jalur selanjutnya terus menanjak, di pagi hari di sepanjang jalur bisa kami temukanjejak Babi hutan, bahkan jejak kaki Macan yang tetap baru.

Setelah itu kami bakal memasuki kawasan hutan yang terus gelap serta lembab, begitu dekatnya jarak antara pohon jadi susah bagi sinar matahari untuk menembusnya. Kawasan ini di sebutHutan Lumut sebab semua pohon di areal ini ditutupi oleh lumut. Kesan berhantu serta menyeramkan sangat terasa ketika melalui daerah ini. Jejak Kancil, Menjangan, Babi hutan serta Macan bisa ditemukan di sepanjang jalur ini.

Kurang lebih 1 jam melintasi hutan lumut kami memasuki hutan yang jarak pohonnya tak terlalu rapat, jadi kelihatan agak terang. Flora herbal serta rumput pun tumbuh subur. Jalur ini menyusuri lereng bukit dengan segi kiri berupa jurang. Rumput yang tumbuh kadang begitu tingginya, jadi menutupi jalur. Sesekali terdengar kicauan aneka tipe burung.

30 menit selanjutnya kami bakal tiba di lereng yang tak sedikit batu - batu besar. Disini tak sedikit tersedia pohon tumbang sisa kebakaran hutan. Kami harus melintasi 3 buah sungai kering dengan tutorial turun jurang serta naik lagi ke atas bukit. Bukit - bukit di depan kami tak sedikit di tumbuhi rumput dengan pohon yang agak jarang. Sesekali terkesan Kancil alias Menjangan berlari - larian, sementara belasan lutung - lutung bergantungan di atas pohon.

Kurang lebih 1 jam berikutnya kami telah berada di lereng bukit yang tak sedikit ditumbuhi rumput - rumput tinggi. Rumput - rumput ini seringkali menutupi jalur jadi sangat menggangu. Di antara rerumputan Edelweis mulai tumbuh, pohon - pohon besar sisa kebakaran tetap bersi kukuh nasib dengan menumbuhkan daun - daun hijau yang baru.

Dengan menempuh waktu kurang lebih 30 menit melintasi rerumputan yang mengelilingi bukit kami bakal tiba di suatu sungai kecil yang airnya mengalir lancar. Pendaki bisa mendirikan tenda di daerah Kali putih ini.

Selanjutnya kami bakal melintasi hutan cemara yang tak sedikit ditumbuhi rumput - rumput yang tinggi, 1 jam selanjutnya bakal tiba di padang rumput gimbal, rumput di sini berbentuk keriting serta tumbuh dengan cara bergerombol. Perjalanan memutar mengelilingi puncak gunung dengan menyusuri padang rumput gimbal. Selanjutnya bakal hingga di Sicentor.

Sicentor merupakan tempat pertemuan jalur Baderan serta Bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kami bisa mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor tersedia suatu bangunan dari kayu yang bisa dipakai untuk berlindung dari hujan serta angin.

Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput serta padang Edelweis kurang lebih 1 jam perjalanan bakal bertemu dengan sungai yang kering. Seusai menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput serta padang Edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya bakal tiba di Rawa Embik.

Untuk menuju puncak belok ke kiri, tetapi bila ingin beristirahat bisa mendirikan tenda diRawa Embik. Di tempat ini tersedia sungai kecil yang rutin berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka jadi bila angin bertiup kencang tenda bisa bergoyang - goyang dengan keras.

Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang memperlukan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu serta tak sedikit pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon - pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang jadi harus berhati - hati.Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati - hati melintasinya.

Berikutnya sedikit turun kami bakal melintasi suatu sungai yang kering serta berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kami bakal bertemu dengan padang rumput serta padang Edelweisyang sangat indah. Di depan kami nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur serta belerang.

Puncak gunung Argopuro merupakan bekas Kawah yang telah mati, aroma belerang tetap sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak seperti tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini tak sedikit tersedia batu - batu berserakan.

Keatas lagi selebar kurang lebih 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kami bakal melintasi bekas kawah yang tak sedikit tersedia batu - batu kapur berwarna putih serta aroma belerang. Pada puncak paling atas tersedia susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.

JALUR BADERAN

Pendakian menuju puncak argopuro ini tak seramai gunung-gunung lain di jawa timur, Pendaki harus mengabarkan diri Kantor Polisi Sektor Sumber Malang yang berada kurang lebih 1 km dari Baderan, alias pada kantor Perhutani yang berada cocok di pertigaan jalan Desa Baderan. Pendaki yang bakal mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik serta medan yang bakal dilewati sebab tanggung jawab keselamatan jika terjadi musibah di gunung ini merupakan menjadi milik pendaki sendiri jadi persiapan serta kekompakkan sangat diperlukan.

Jalur yang dilewati selagi perjalanan terbukti telah lumayan jelas tetapi harus melingkar serta naik turun berbagai bukit, waktu pendakian menuju puncak bakal lebih lama. Oleh sebab itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik minimal untuk keperluan 3 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air bisa ditemukan mulai dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung.

Pada musim hujan tak sedikit sekali sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau bakal terisi air. Pacet alias Lintah pada musim kemarau tak ada tetapi bila di musim hujan bakal timbul tak sedikit sekali. Pada waktu serta cuaca yang normal pendakian menuju puncak bakal memperlukan waktu kurang lebih 10 - 12 jam.

Perjalanan bakal dimulai dari desa Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, tersedia kantor Perhutani. Dari pertigaan ini kami berlangsung menuruni jalan aspal kurang lebih 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu. Kurang lebih 1 km kami bakal bertemu dengan sumber air desa, kami tetap terus berlangsung kurang lebih 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang tak sedikit ditumbuhi dengan tanaman jagung serta tembakau.

Selanjutnya perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang tak sedikit dihuni babi hutan, lutung serta aneka burung. Seusai berlangsung kurang lebih 3 jam kami hingga di Km 4,2 dimana tersedia mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga tersedia tempat terbuka yang bisa dipakai untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di punggung bukit jadi bila ada angin kencang bakal terganggu.

Tetap menyusuri hutan yang terus lebat serta gelap, jalur menyurusi punggung serta lereng jurang yang sangat dalam. Di km 7 kami bakal bertemu dengan sungai yang kadang kering, bila hujan sungai ini bakal terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput. Jalur selanjutnya di dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah. Seusai berlangsung kurang lebih 5 jam kami bakal hingga di km 15 di Cikasur, di sini tersedia suatu lapangan datar yang sangat luas. Dahulunya pada jaman Belanda bakal dibuat suatu lapangan terbang. Tetap tersedia sisa-sisa pondasi landasan, serta sisa-sisa bangunan yang tak jarang dipakai untuk mendirikan tenda.

Konon pendaki yang menginap di tempat ini tak jarang mendengarkan jeritan-jeritan kesakitan para pekerja paksa yang disiksa serta dikuburkan dengan cara masal dalam parit-parit yang mereka gali sendiri. Konon juga ada kebun bunga Tulip yang ditanam oleh tentara Belanda serta roh tentara tersebut tetap menjaganya, pendaki yang sempat menemukan kebun ini serta memetik bunganya bakal di kejar-kejar oleh hantu tentara Belanda tersebut.

Tersedia sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Membikin ingin minum sepuas-puasnya serta ingin mandi menceburkan diri. Di Cikasur ini juga tersedia suatu bangunan dari kayu yang bisa dipakai untuk berlindung dari angin serta hujan. Tetapi sayang kecerobohan pendaki dengan membikin api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai bangunan yang terbuat dari kayu.

Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput gimbal, yakni rumput yang daun - daunnya keriting. Perjalanan di siang hari bakal terasa sangat panas serta melelahkan, tetapi bila kami menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini kami bakal lupa semua penderitaan selagi perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran jadi harus hati-hati bila membikin api unggun.

Seusai berlangsung kurang lebih 2 jam melalui berbagai padang rumput kami bakal mendaki dua bukit yang tak sedikit tersedia pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis tak sedikit tumbuh serta bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, serta angin seringkali bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang, jadi butuh hati-hati melalui jalur ini bila angin bertiup kencang.

Setibanya dipuncak bukit kami bakal menyusuri lereng gunung yang berada di segi jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat serta tetap tak sedikit tersedia binatang-binatang, seperti lutung serta aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya sebab rawan longsor serta pohon-pohon mudah tumbang, sementera di segi kami jurang yang sangat dalam. Selanjutnya kami bakal tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal serta menyeberangi sungai yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Kami telah hingga di Sicentor yakni pertigaan tempat pertemuan jalur baderan serta bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kami bisa mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor tersedia suatu bangunan dari kayu yang bisa dipakai untuk berlindung dari hujan serta angin.

Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput serta padang edelweiss, kurang lebih 1 jam perjalanan bakal bertemu dengan sungai yang kering. Seusai menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput serta padang edelweis yang sangat indah 1 jam berikutnya bakal tiba di Rawa Embik. Untuk menuju puncak belok ke kiri, tetapi bila ingin beristirahat bisa mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini tersedia sungai kecil yang rutin berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka jadi bila angin bertiup kencang tenda bisa bergoyang-goyang dengan keras.

Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang memperlukan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu serta tak sedikit pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang jadi harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.

Selanjutnya sedikit turun kami bakal melintasi suatu sungai yang kering serta berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kami bakal bertemu dengan padang rumput serta padang edelweis yang sangat indah. Di depan kami nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur serta belerang. Puncak gunung Argopuro merupakan bekas Kawah yang telah mati, aroma belerang tetap sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak seperti tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini tak sedikit tersedia batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar kurang lebih 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kami bakal melintasi bekas kawah yang tak sedikit tersedia batu-batu kapur berwarna putih serta aroma belerang. Pada puncak paling atas tersedia susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.

No comments:

Post a Comment