Wednesday, March 18, 2015

Mendaki Gunung Ciremai


Gunung Ciremei merupakan gunung paling atas di Jawa Barat ( 3.078 Mdpl ), bisa terkesan dengan jelas oleh para penumpang kereta api alias kendaraan umum lainnya sepanjang jalur pantura kurang lebih Cirebon. Untuk mencapai puncak Ciremei tersedia tiga jalur yang bisa ditempuh yakni jalur Majalengka, jalur Palutungan dan, jalur Linggarjati. Jalur Linggarjati adalah yang paling terjal serta terberat, tetapi jalur ini adalah yang paling tak jarang dilewati pendaki.




Pendakian Jalur Apuy 

Selepas ladang udara menjadi sejuk sebab vegetasi lumayan tinggi menanungi jalur. Humus daun-daun kering basah berwarna kecoklatan bergerisik di sepanjang jalur setapak. Aroma tanah basah, daun-daun segar dan kehangatan cercah matahari mengintip dari balik pucuk-pucuk pohon, ditingkah desah nafas kami mengatur langkah. Satu dua kali tersedia percabangan pencari kayu, namun jalur mutlak tampak jelas. Orientasi kiri dan pasti saja tetap di punggungan. Perjalanan relatif santai dengan medan tak terlalu terjal dan sesekali memberi sedikit bonus (agak datar). Kicauan burung yang menyejukkan hati mengiringi sepanjang langkah kami. Pos Simpang Lima (1908 mdpl) berupa dataran lumayan untuk 2-3 tenda kapasitas 4 orang.

Dari Pos 2 (Simpang Lima) menuju Pos 3 (Tegal Wasawa) memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Jalur terus terjal, hutan makin tertutup dan bonus menjadi langka. Cercah mentari perlahan meredup dan udara menjadi terus sejuk. Kurang lebih 100 m menjelang pos III, tersedia simpang tiga yang lumayan jelas, pertemuan jalur baru dan jalur lama. Jalur di segi kanan adalah jalur lama dari pos I yang melalui situ (danau) dan kuburan dengan track agak melambung. Kami mengambil jalur kiri menuju ke pos III. Pos III (Tegal Wasawa) 2.400 mdpl) berupa dataran lumayan untuk 1 tenda kapasitas 4.

Dari Pos 3 Tegal Wasawa menuju Pos 4 Tegal Jamuju (2.600 mdpl) waktu yang ditempuh relatip lumayan singkat kurang lebih 35 menit. Medan berupa tanah yang lumayan padat melintasi hutan yang lumayan lebat dan rindang. Sesekali kami melintasi akar-akar pohon.

Dari Pos 4 (Tegal Jamuju) menuju Pos 5 Sanghiang Rangkah (2.800 mdpl) waktu tempuh kurang lebih 1 jam 20 menit. Perjalanan menuju Pos 5 lumayan panjang dan terjal. Pos V adalah pertemuan jalur Apuy dan Palutungan, di sebelah kanan tersedia papan penunjuk jalur. Palutungan menuju Sanghiang Ropoh, Pos VII jalur Palutungan. Di segi jalur menurun ke bawah, tersedia sungai kering. Berbagai tahap jalur sungai tsb. tersedia ceruk dengan genangan air.

Pos 5 Sanghiang Rangkah menuju Pos 6 Goa Walet yang berada diketinggian 2.950 m dpl butuh waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Jalur berbatu menganak sungai membikin perjalanan melambat. Di tengah jalur batu, tersedia sebatang pohon yang ditempel papan penunjuk ke puncak dan turun ke arah Palutungan.

Pos 6 Goa Walet menuju Puncak Ciremei telah dekat hanya butuh waktu 35 menit. Puncak Ciremei dari segi Selatan tersedia tugu penanda puncak paling atas gunung Ciremei.

Pendakian Jalur Palutugan

Pos I Cigowong terletak di ketinggian 1450 mdpl. Di sini tersedia sungai kecil maka pendaki bisa menyiapkan persediaan air sebanyak mungkin sebab tak bakal ditemui lagi sumber air hingga puncak. Selepas Cigowong lintasan tetap landai memasuki hutan dan melalui Blok Kta yang berada di ketinggian 1.690 mdpl, dan bakal hingga di Blok Pangguyangan Badak. Paguyangan Badak adalah area yang berada di ketinggian 1.790mdpl. Daerah ini tersedia puing-puing bangunan tua.

Untuk hingga di Blok Arban butuh waktu kurang lebih 30 menit dengan lintasan yang mulai menanjak. Blok Arban diketinggian (2.030 mdpl) adalah pos III dengan area yang lumayan datar dan teduh.

Lintasan mulai menanjak dan kurang lebih 2,5 jam bakal hingga di Tanjakan Asoy (2.108mdpl) yang adalah pos IV. Tempat ini berupa tanah datar berkapasitas yg lumayan luas. Selepas dari sini lintasan terus menanjak dalam waktu 1 jam bakal hingga di Blok Pesanggrahan (2.450mdpl).

Selepas dari pos V (pasangrahan) pendaki mulai memasuki kawasan vegetasi yang ditumbuhi cantigi dan edelweiss hingga di Bolk SangHyang Ropoh (2.590 mdpl). Lintasan ini sangat licin apabila hujan turun. SangHyang Ropoh (Pos VI) terletak di daerah yang datar dan terbuka.

Selepas pos VI lintasan tetap curam dan licin, dengan tanah berwama kuning mengandung belerang. Selanjutnya kami bakal hingga di pertigaan yang menuju ke jalur Apuy dan ke Kawah Gua Walet. Pada segi kanan lintasan tersedia Kawah Gua Walet (2.925 mdpl) yang tak jarang dipakai untuk bermalam dan berlindung dari cuaca buruk. Di sebelah kiri, lintasan bakal menyatu dengan jalur Apuy (Majalengka).

Untuk hingga di puncak Ciremai (Puncak Sunan Cirebon) dibutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam. Sesampainya di puncak pendaki bisa menikmati indahnya pemandangan dua kawah kembar yang berdampingan. Untuk mengitari kawah ini dibutuhkan waktu kira-kira 3 jam. Tidak hanya itu, pendaki juga bisa menyaksikan ke arah barat indahnya kota Majalengka, ke arah utara panorama kota Cirebon dan Laut Jawa, dan dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Slamet yang tertutup awan. Di pagi hari pada bulan-bulan tertentu sunrise bakal timbul cocok dari puncak gunung Slamet.

Pendakian Jalur Linggajati

Seusai dari Pos Pendaftaran dengan melintasi jalanan beraspal pendaki memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Cibeunar yang berada di ketinggian 750 mdpl. Tempat ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin mengadakan pendakian maupun renaja yang sekedar camping. juga tersedia sumber air yang lumayan melimpah, yang tak bakal ditemui lagi sepanjang perjalanan hingga di puncak.

Seusai Cibeunar lintasan bakal melalui ladang penduduk dan kawasan hutan pinus hingga memasuki Leuweng Datar di ketinggian 1.285 mdpl. Leuweng Datar terletak di tengah-tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melalui area yang lumayan datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis (1.350mdpl).

Untuk hingga Kuburan Kuda dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1.580 mdpl, adalah lapangan datar yang lumayan luas dan lumayan teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Di dekat jalur terdapt kuburan kuda.

Setelah Kuburan Kuda, jalur terus curam dan kami bakal hingga di Pengalap (1.790 mdpl).Dengan aspek lintasan yang mulai membesar kami bakal melalui Tanjakan Bin-Bin (1.920 mdpl) dan terus menanjak lagi ketika melalui Tanjakan Seruni.

Tanjakan Seruni (2.080 mdpl) adalah lintasan yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki bakal menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya. Belum lagi bila hujan turun, jalur ini bakal menjadi lintasan ajaran air hujan semacam air terjun. Begitu juga dengan jalur berikutnya hingga hingga di Tanjakan Bapak Tere (2.200 mdpl).

Selepas Tanjakan Bapatere lintasan tetap menanjak hingga hingga di Batu Lingga dengan waktu tempu kurang lebih 2,5 jam. Batu Lingga (2.400 mdpl) adalah pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan tersedia suatu batu berkapasitas besar dahulunya tempat Wali songo bersolat dan berkotbah. Pos ini adalah tempat yang keramat, konon pawa Wali tak jarang mengadakan pertemuan di tempat ini menurut pengakuan para pendaki keberadaan para wali ini ditandai dengan gumpalan cahaya yang terbang di tempat ini. Di tempat ini tersedia dua buah batu nisan.

Meninggalkan kawasan Batu Lingga lintasan tetap menanjak. Di tengah perjalanan pendaki bakal menemui dua pos peristirahatan berupa tanah datar yakni Sangga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl). Selepas itu pendaki bakal memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka.

Pangasinan berada pada ketinggian (2.860 mdpl) adalah pos terakhir. tempatnya lebar maka lumayan untuk membuka belasan tenda, meskipun lokasinya agak berbukit-bukit. Kabut dan hujan yang tak jarang timbul dipuncak meskipun di musim kemarau menyisakan genangan air di celah-celah bebatuan maka bisa dimanfaatkan untuk minum dan memasak.

Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk merangkak melalui bebatuan cadas untuk hingga di puncak. Hujan deras tak jarang timbul di puncak maka ajaran air terkucur dari atas membasahi para pendaki. Di puncak pendaki bisa memandang menonton kota Cirebon dan laut Jawa, kapal-kapal besar nampak dikejauhan. Kearah Timur tampak gunung Slamet dengan puncaknya yang tertutup awan.

Puncak gunung Ciremei mempunyai kawah yang sangat curam dan sangat indah, pendaki yang nekad tak jarang turun ke kawah untuk membikin tulisan di atas lumpur kawah. Pejiarah tak jarang datang untuk berdoa dipuncak ini. Mereka mendaki dengan berpuasa dan makan bekal nasi bungkus seusai tiba di puncak. Bandingkan pejiarah dengan para pendaki gunung yang setiap saat makan dan minum saja kadang tetap juga tak hingga puncak.

Tak sedikit sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tak mampu meneruskan perjalanan ke puncak, sebab medan yang berat dan susahnya air, dan kembali turun, untuk itu persiapkan bekal yang berlebih dan bawalah tenda. Sebab kemungkinan besar perjalanan bakal tertunda, maka wajib bermalam.

No comments:

Post a Comment