Gunung Gede-Pangrango merupakan satu-satunya gunung yang menjadi faforit para pendaki di Indonesia, tak lebih lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibangun seketat mungkin, bisa sehingga sebab lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta serta Bandung. Jadi dari itu untuk mengembalikan habitatnya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam jadi dibuatlah berbagai jalur pendakian, tetapi jalur yang terkenal merupakan melewati pintu Cibodas.
Untuk mendaki Gunung Gede serta Gunung Pangrango di berlakukan sistem bookin, 3 hingga 30 hari sebelum pendakian wajib booking dahulu. Jumlah pendaki di batasi hanya 600 per malam, 300 melewati jalur Cibodas, 200 jalur Gunung Putri, serta 100 jalur Selabintana.
Rute Pendakian Gunung Gede serta Gunung Pangrango
- Jalur Pendakian Cibodas
- Jalur Pendakian Gunung Putri
- Jalur Pendakian Salabintana
Jalur Pendakian Cibodas : Cibodas (1.425 mdpl) bisa ditempuh dengan memakai kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil ke Kebun Raya Cibodas.Di kurang lebih Kebun Raya Cibodas tersedia tempat parkir yang luas, tak sedikit tersedia pedagang makanan serta oleh-oleh di sepanjang jalan. Ada juga lokasi untuk berkemah di dekat kantor Taman Nasional. Lebatnya hutan tropis di lereng gunung Gede-Pangrango ini telah terasa di Cibodas, tetapi suasana hutannya terpotong oleh padang golf yang sangat luas hingga ke arah puncak gunung pangrango.
Jalur Pendakian Gunung Putri : Untuk menuju Gunung Putri dari Jakarta naik bus jurusan Bandung / Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kami naik mobil angkot ke Gunung Putri. Sebelum melakukan pendakian kami wajib booking terlebih dahulu 3-30 hari sebelum hari pendakian di Kantor Pusat Taman Nasional yang terletak di Cibodas. Jalur Pendakian Salabintana :Selabintana (960 mdpl) merupakan kawasan wisata yang sangat menarik. Hotel, penginapan, tempat bermain, air terjun serta bumi perkemahan menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi siapa saja. Kaum Remaja dari Bandung serta Jakarta tak jarang mengadakan camping di lokasi ini.
Jalur pendakian Selabintana tak lebih diminati oleh para pendaki. Tak sedikit faktor yang menjadi argumen yakni: Memperlukan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian. Jalan masuk kendaraan umum yang sulit serta lebih jauh. Jalurnya lebih berat, berlumpur serta tak sedikit pacet. Peta Pendakian Gunung Gede serta Gunung Pangrango
JALUR CIBODAS
Di Pintu gerbang masuk bascamp Cibodas pendaki harus melapor dan memperlihatkan surat - surat perijinan dan bakal dilakukan pemeriksaan kepada barang bawaan untuk barang yang dilarang semacam pisau, radio, sabun, odol, dll. Bakal di minta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasionaljuga bakal dilakukan pemeriksaan kembali. dan harus memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa- sisa pemakaian kami sendiri. di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah.
Dari jalur Cibodas ini terdapat berbagai pos tempat peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat berguna untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tak mendirikan tenda di dalam pos sebab mengganggu para pendaki lainya yang ingin berteduh.
Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Kicauan burung dan suara monyet bakal menyambut para pendaki sejak dari pos penjagaan. Seusai berlangsung sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat suatu rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Telaga biru yang warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh di dasar danau. Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya bakal hingga pos Rawa Gayang Agung pda ketinggian 1.600 mdpl. jalur jembatan kayu ini telah mulai rusak, tak sedikit kayu-kayu yang lepas jadi pendaki bila tak lebih hati - hati bisa terperosok jatuh.
Seusai berlangsung di atas jembatan kayu sepanjang tak lebih lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga hingga di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang bisa dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, tetapi pendaki-pendaki yang egois tak jarang membuka tenda di dalam bangunan ini. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Bila pendaki ingin mampir ke air terjun mungkin tas dan bawaan lainnya bisa ditinggal di pos ini, dan ada salah satu rekannya yang menunggu. Berlangsung kurang lebih 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun, dan di berbagai tempat digenangi air jadi sepatu bisa basah, jadi kami bakal hingga di Air Terjun Ciberem yang berada di ketinggian 1.675 mdpl).
Air terjun Ciberem ini terdiri dari tiga buah yakni; curug Cidendeng, curug Cikundul, dan curug Ciwalen. Wisatawan umum bisa datang ke lokasi air terjun ini lumayan dengan membayar tiket masuk di pos penjagaan. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan).
Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melalui jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Suara-suara satwa tak jarang terdengar khususnya di sore dan di pagi hari. Sejenak kami bisa beristirahat di Pos Batu Kukus (1.820 mdpl). Di tempat ini terdapat bangunan untuk duduk istirahat, dahulu ada atapnya yang disangga oleh suatu tiang kayu di tengahnya.
Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami. selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan bakal mempercepat kami hingga di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Pada musim pendakian, sebab ramainya pengunjung jadi kami bisa beristirahat di pos ini sambil menantikan antrian melalui air panas.
Air panas berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, pendaki butuh ekstra hati-hati sebab sempit dan licin. Sebaiknya jalan satu persatu dan menantikan bila ada pendaki yang melintas dari arah berlawanan. Sebab bila dua orang pendaki berjumpa jadi pendaki di segi jurang bakal susah memperoleh pegangan bila terpeleset dan kesenggol bakal fatal akibatnya, meskipun ada rantai logam pengaman tetapi kondisinya tak lebih aman untuk dijadikan pegangan.
Batuan di Air Panas terasa panas bila disentuh. Tetapi tak sedikit juga pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tak berhenti di sini sebab sangat menggangu pendaki lainnya, tidak hanya itu sebaiknya memakai sepatu, panasnya air sangat terasa bila kami hanya memakai sandal.
Mandi di sungai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghapus capek dan menolong melancarkan ajaran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, sebab tak sedikit pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kami bakal melalui sungai yang kadang airnya deras jadi hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin butuh digulung, tetapi bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kami bisa melompat di atas batu-batu. Selanjutnya kami bakal hingga di tanah lapang yang lumayan untuk mendirikan berbagai tenda.
Mendekati Kandang Badak, kami bakal mendengar suara deru air terjun yang lumayan luar biasa di bawah jalur pendakian. Kami bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, alias turun ke bawah untuk mandi bila air tak terlalu dingin. Di kurang lebih air terjun ini lintasan terjal dan sempit jadi harus menantikan antrian satu per satu untuk melewatinya. Seusai itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl).
Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, sebab perjalanan berikutnya bakal susah memperoleh air. Seusai kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri tetapi jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.
Menuju puncak Pangrango waktu yang diperlukan kurang lebih 3 jam dengan jarak tempuh lebih tak lebih 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tak bisa menikmati pemandangan kurang lebih sebab tetap tak sedikit pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi.
Untuk menuju puncak gunung gede pendaki menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat suatu tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dibekali dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah.
Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Pendaki di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin sebab hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya bakal mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tak memakai pakaian yang lumayan tebal. hingga puncak Gunung Gede angin kencang bakal rutin menemani para pendaki.
Puncak gunung gede terkesan memanjang, tak sama dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak gunung gede ini bakal tercium bau belerang yang adakala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.
Puncak gunung Gede sangat indah tetapi butuh hati-hati, kami bisa berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengajak ketertarikan untuk memetiknya, faktor ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya.
Dari puncak Gede kami bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah.
Bila berkemah di alun-alun Surya Kencana di pagi hari kurang lebih jam 5 pagi pendaki bakal dibangunkan oleh para pedagang yang memperkenalkan nasi uduk dan rokok, Gunung apa pasar yak.. Dari sini kami belok ke kiri (timur) bila ingin melalui jalur Gunung Putri, dan untuk melalui jalur Selabintana kami berbelok ke kanan (barat).
JALUR GUNUNG PUTRI
Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki harus melapor dan menunjukkan surat - surat perijinan dan bakal dilakukan pemeriksaan kepada barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang semacam pisau, radio, sabun, odol, dll. bakal diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga bakal dilakukan pemeriksaan kembali dan harus memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kami sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah.
Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya bakal menyeberangi sungai kecil. Seusai melalui sungai jalur mulai menanjak dan kami bakal menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar.
Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki bakal hingga di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang telah tak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Berbagai dinding kayu telah hilang dan lantai kayunyapun telah pada berlobang, tetapi atapnya tetap keren jadi bisa dipakai untuk berteduh. Jalur terus menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan terus lebat dan mencekam, seusai berlangsung kurang lebih 1,5 jam bakal hingga di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl.
Jalur berikutnya terus curam dan licin khususnya di musim penghujan, di berbagai tempat medan sempit jadi pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya merupakan Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega jadi bisa beristirahat rame-rame seusai melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Tidak hanya tempatnya sempit dan tak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk hingga di Alun-Alun Surya kencana dan berkemah di sana.
Sebelum hingga di lapangan terbuka Surya Kencana kami tetap harus melalui dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang terus terjal dan terus menguras tenaga, dan Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl).
Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dibekali dengan atap yang disangga satu tiang semacam payung. Semacam pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap telah ambruk semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan telah landai alun-alun Surya Kencana telah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kami harus berlangsung ke arah kanan mengikuti ajaran sungai kecil yang berada cocok di tengah-tengah lapangan.
Selanjutnya dari Km-0 kami kekanan mendaki bukit terjal berbatu yang tak sedikit di tumbuhi edelweis untuk menuju puncak gunung Gede. sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kami harus berlangsung lurus.
JALUR SELABINTANA
Di jalur Selabintana terdapat airterjun yang biasa disebut warga airterjun Ciberem yang mempunyai ketinggian 70 meter. Percikan dan kabutpun tercipta oleh air terjun.Untuk menuju airterjun pendaki harus melalui jalan yang berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang susah di jangkau ini tak mengurangi niat para pendaki untuk menuju ke air terjun ini.
Seusai melakukan booking kemarin hari sebelumnya di Cibodas pendakian baru bisa dilakukan. Di Pos Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan surat perijinan, kemudian pendaki bisa langsung "ngetrek" alias berkemah terlebih dahulu di Selabintana.
Dari Pos Pemeriksaan kami berlangsung menyusuri tepi sungai yang ajaran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang tak sedikit dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan.
Seusai berlangsung kurang lebih 1/2 jam kami bakal berjumpa dengan menara pengawasan burung. Selanjutnya bakal hingga di Pos Citingar (1.000mdpl). Di sepanjang jalur tak sedikit terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan tak sedikit pacet dan di musim kemaraupun tetap ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan terus menanjak dan licin.
Bila ingin beristirahat sebaiknya tak duduk di atas pohon tumbang alias di tanah berhumus sebab tak sedikit pacet, lumayan berdiri mengambil nafas panjang. Tetap dalam kondisi jalur yang sama kami bakal hingga di Pos Citingar Barat (1.175 mdpl). Kurang lebih 2-3 jam kami berlangsung dikawasan hutan yang tak sedikit pacetnya ini. Untuk itu gunakan sepatu gunung jangan pakai sendal, untuk menghindari puluhan pacet nempel di kaki.
Selanjutnya jalur tetap berupa tanah gembur dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor (di atas lintasan baru). Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi danPacet telah jarang dijumpai. Kemudian kami bakal hingga di Pos Cigeber (1.300 mdpl).
Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan (canopy), jadi lintasan berikutnya kami mulai bisa menonton langit sebab pohon-pohon yang sangat tinggi telah jarang. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kami bakal melalui pinggiran jurang yang tak sedikit ditumbuhi rumput-rumput yang agak tinggi. Selanjutnya tiba di Pos Cileutik (1.500 mdpl).
Sedikit turun di bawah Pos yang telah ambruk ini terdapat sungai yang ajaran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini berbagai pendaki bisa beristirahat bersama tetapi tak lumayan untuk mendirikan 2-3 tenda.
Seusai menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di berbagai tempat tanah yang diinjak agak lembek. kurang lebih 2 jam berlangsung pendaki bakal hingga di Pos yang tak sedikit dikelilingi pohon-pohon yang mempunyai bentuk yang aneh, jadi bisa memunculkan fantasi yang bermacam-macam.
Selanjutnya kami berlangsung kurang lebih 2 jam jadi kami bakal hingga di Pos yang hanya bisa dipakai untuk duduk beristirahat kurang lebih 8 orang. Lintasan berikutnya makin terjal, di berbagai tempat kami bisa berpegangan pada akar-akar dan selanjutnya pendaki bakal melalui jalur yang tak sedikit di tumbuhi rumput-rumput yang sangat tinggi.
Kurang lebih satu jam kami bakal hingga di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur, bila ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh, bila ke kiri menuju alun-alun Surya Kencana. Kurang lebih lima menit dari lokasi Pos ini kami bakal hingga di tempat yang terbuka, ke kanan kami bisa menonton ALun-alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede.
Untuk menuju pusat Alun-alun (Kilometer Nol) kami berlangsung ke kanan kurang lebih 15 menit. Di lapangan luas ini kami bisa beristirahat mendirikan tenda. Untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur Cibodas kami harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melalui jalur Gunung Putri kami berlangsung lurus mengikuti pinggiran sungai.
Untuk menuju puncak Gunung Gede dari Km-0 kami tetap harus mendaki batuan terjal yang tak sedikit ditumbuhi Edelweis, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit.
No comments:
Post a Comment