Tuesday, March 17, 2015

Mendaki Gunung Salak



Gunung Salak adalah suatu gunung berapi yang dengan cara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor serta Kabupaten Sukabumi. Gunung ini mempunyai beberapa puncak diantaranya adalah puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 m dpl serta puncak Salak II dengan ketinggian 2.180 m dpl.

Gunung Salak bukanlah nama dari tanaman salak, tetapi berasal dari bahasa sangsekerta “salaka” yang berarti perak. Letusan terbaru gunung ini terjadi pada tahun 1938 berupa erupsi freatik yang terjadi di kawah Cikuluwung Putri.

Pendakian Gunung Salak bisa melalui beberapa jalur pendakian. Puncak yang tak jarang didaki adalah puncak I serta II. Puncak Salak I bisa didaki dari arah Cimelati dekat Cicurug, Cidahu Sukabumi alias Kawah Ratu Gunung Bunder.

Untuk mendaki gunung ini sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim kemarau. Pada musim kemarau jalur pendakian tak terlalu becek, angin tak terlalu kencang, serta tak ada pacet alias lintah.

Pendakian gunung salak ini bisa dilakukan lewat empat pilihan rute pendakian yaitu:

Rute Pendakian Gunung Salak
  • Jalur Cidahu (Sukabumi)
  • Jalur Giri Jaya (Curug Pilung)
  • Jalur Kutajaya/Cimelati
  • Jalur Pasir Reungit
Jalur Cidahu, Sukabumi

Salah satu jalur yang tak jarang dipakai oleh pendaki gunung adalah dari Wana Wisata Cangkuang, Kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi. Dari Jakarta menuju ke tempat ini bisa memakai bus jurusan Sukabumi alias kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi kemudian turun di Cicurug. Selanjutnya dari Cicurug sambung dengan mobil angkot jurusan Cidahu.

Dari tempat ini ada dua jalur pendakian, yakni jalur lama yang menuju puncak I serta jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Wana Wisata Cangkuang tak jarang dipakai menjadi perkemahan dengan pemandangan air terjun yang indah serta tak jarang dipakai pendaki menuju ke Kawah Ratu. Dari jalur ini pula pendaki bisa menuju ke Puncak Salak I.

Di pintu masuk Wana Wisata ini tersedia tempat yang enjoy untuk berkemah, juga tersedia tak sedikit warung makanan. Dari jalur ini bisa menuju Kawah Ratu, waktu yang dibutuhkan adalah kurang lebih 3-5 jam perjalanan. Sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I dibutuhkan kurang lebih 8 jam perjalanan.

Dari perkemahan menuju shelter III mempunyai jalur awal curam, kemudian lembab serta basah. Pada musim hujan jalur ini adalah jalur licin serta curam, perjalanan tertolong oleh akar-akar pohon. Pada shelter ini tersedia sungai yang jernih serta tersedia tempat yang lumayan luas untuk mendirikan tenda dengan pemandangan hutan tropis yang lebat.

Menuju shelter IV, jalur terus curam. Jalur ini berupa tanah merah. Di beberapa tempat, kalian bakal melalui beberapa tempat becek sedalam dengkul kaki. Pada jalur ini juga pendaki bakal melalui dua buah sungai yang jernih airnya. Untuk pendakian jalur ini sebaiknya mengambil air jernih di sini sebab pada musim kemarau sungai ini menjadi sumber air bersih terakhir. Sehelter IV adalah persimpangan jalan. Untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di shelter ini mempunyai area yang lumayan luas untuk membangun tenda.

Menuju Kawah Ratu Dari Shelter IV menuju Kawah Ratu dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Kawah ratu terdiri dari 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu adalah kawah aktif yang dengan cara berkala mengeluarkan gas berbau belerang. Di tempat ini dilarang mendirikan tenda serta dilarang minum air belerang.

Menuju Puncak Gunung Salak Dari Sehleter III menuju shelter IV bakal memperlukan waktu 1 jam. Perjalanannya bakal melintasi akar-akar pohon yang tertutup tanah lunak jadi kaki bisa terpelosok. Dari tempat ini bakal terkesan Kawah Ratu dengan sangat jelas. Seusai melalui sungai kecil serta tempat yang sangat luas, pendaki berbelok ke kanan. Kemudian berlangsung ke kiri mengikuti pagar kawat berduri.

Jalur ini sangat sempit, sedikit turunan, agak landai, juga curam. Pada segi kiri serta kanan jalan berupa jurang yang curam serta dalam. Pada jalur ini ditutupi rumput serta pohon. Satu jam melintasi jalur ini pendaki bakal melintasi akar-akar pohon serta bebatuan.

Jalur shelter V sedikit menurun kemudian kembali menajak tajam. Pendaki bakal memanjat tebing batu curam. Menuju shelter VI memerlukan waktu kurang lebih 1 jam, jalur terus curam serta sempit jadi tak ada waktu untuk beristirahat.

Pada shelter VII pendaki butuh waktu kurang lebih satu jam untuk mendaki punggung gunung yang terus menanjak. Pada jalur ini pendaki bakal tak sedikit melintasi akar pohon jadi bila angin bertiup pendaki bakal ikut bergoyang. Dari sini hanya memperlukan waktu sepuluh menit untuk menuju puncak Gunung Salak I, jalur ini telah tak terlalu curam.

Hinggalah pada puncak Gunung Salak I, Puncak Gunung ini tetap tak sedikit ditumbuhi pohon-pohon besar. Tempatnya sangat luas serta bisa dipakai untuk mendirikan beberapa tenda. Di puncak ini tersedia beberapa makam kuno, diantaranya makam Embah Gunung Salak yang nama aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tak jauh dari makam Embah Gunung Salak, tersedia makam kuno yang lain, yakni makam Raden Tubagus Yusup Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah. Di puncak Gunung Salak I ini juga tersedia suatu pondok yang tak jarang dipakai oleh para penjiarah untuk menginap.

Jalur Giri Jaya (Curug Pilung)

Jalur Giri Jaya tersedia di Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Menuju Puncak Gunung Salak dari jalur ini bisa dilalui dengan waktu tempuh 5 – 8 jam perjalanan. Jalur ini berada di Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju desa Giri Jaya bisa ditempuh dengan memakai kendaraan Ojek dari Cicurug. Alias pendaki bisa berlangsung kaki dengan waktu tempuh kurang lebih 3,5 jam perjalanan.

Dari pintu masuk Wana Wisata Curug Pilung dengan berlangsung kaki beberapa meter bakal telihat Gapura pintu masuk Pasareyan Eyang Santri. Dari sana pendaki bisa berlangsung melalui rumah penduduk, kemudian bakal hingga kebun-kebun rumah penduduk. Seusai berlangsung 15 menit pendaki bakal hingga di suatu pertapaan Eyang Santri, disekitarnya tersedia MCK yang terdapatair bersih di dalamnya. Pendaki wajib mengambil air bersih dari sini sebab melalu jalur ini hingga mencapai puncak tak tersedia mata air.

Di bawah pertapaan Eyang Santri tersedia air terjun yang indah, namanya air terjun Curug Pilung. Daerah ini juga bisa dipakai untuk berkemah. Dari lokasi pertapaan Eyang Santri pendaki bakal melalui jalur yang agak landai, melalui pohon pohon damar. Bila cuaca keren dari sini bisa terkesan Gunung Gede serta Gunung Pangrango dengan sangat jelas. Lereng-lerengnya tak sedikit ditumbuhi pohon besar serta lebat. Dalam waktu 1 jam perjalanan jalur tetap agak landai serta melalui jalan yang sempit serta licin.

Kurang lebih 3-4 jam perjalanan pendaki bakal hingga pada suatu makam Pangeran Santri. Di kurang lebih makam tersedia mushola serta suatu pondok. Dari makam ini jalur terus curam, melawati akar serta tanah. Dari tempat ini tetap dibutuhkan waktu 2 jam perjalanan untuk menuju puncak.

Di beberapa tempat wajib menaiki batu batu besar yang licin yang disekitarnya adalah jurang. Tidak hanya itu tersedia akar yang tertutup lumut, bila menginjak tanah bakal terjeblos ke celah-celah akar. Di daerah ini biasanya tersedia monyet serta beberapa burung. Selanjutnya pendaki bakal hingga di pertemuan jalur yang berasal dari Cangkuang, tepatnya di shelter VII. Dari Shelter VII jalur telah mulai agak landai melalui akar-akar pohon. Kurang lebih 10 menit kemudian kami bakal hingga di puncak Gunung Salak I.

Jalur Kutajaya/Cimelati

Jalur Kutajaya alias Cimelati adalah jalur pendakian ke puncak Gunung Salak yang paling singkat serta paling cepat, tetapi di sepanjang jalur pendaki bakal susah menemukan sumber air, jadi air bersih wajib dipersiapkan sejak dari bawah.

Untuk menuju Kutajaya dari Bogor pendaki naik mobil ke jurusan Sukabumi turun di Cicurug alias Cimelati. Cicurug adalah kota kecamatan yang masuk ke wilayah kabupaten Sukabumi, segala perlengkapan pendakian wajib dipersiapkan di sini. Dari pasar Cicurug yang juga merangkap terminal kami bisa mencarter mobil ke Kutajaya alias naik ojeg. Kendaraan umum hanya ada di pagi hari, itupun dalam jumlah sangat terbatas.

Perjalanan dimulai dari desa Kutajaya dengan menyusuri ladang serta kebun pertanian penduduk, sebab banyaknya percabangan jadi perjalanan sebaiknya dilakukan siang hari, usahakan untuk rutin mengikuti punggung gunung.

Bila agak susah menemukan jalur bisa mengikuti arah ke air terjun. Tersedia tanda-tanda yang jelas pada setiap pos, tetapi tanda-tanda penunjuk arah menuju puncak sangat jarang. Disepanjang jalur ini tak ada tempat yang lumayan luas serta datar untuk membuka tenda. Di beberapa pos tersedia tempat yang lumayan untuk mendirikan 1-2 buah tenda ukuran kecil. Jalur ini jarang dilalui pendaki jadi kadangkala tertutup rumput serta dedaunan.

Seusai melintasi ladang pertanian penduduk, pendaki melintasi hutan yang lumayan lebat tetapi tak terlalu lembab. Selanjutnya bakal dijumpai pertigaan dari Kutajaya, air terjun serta menuju puncak. Berlangsung menuju ke arah puncak kurang lebih beberapa ratus meter bakal dijumpai Pos 3. Jalur ini terus menanjak melintasi hutan-hutan yang lumayan lebat. Di Pos 4 pendaki bakal menemukan percabangan lagi. Di sini tersedia pipa saluran air, jangan mengikuti pipa saluran air, baik yang ke atas (kiri) maupun ke bawah (kanan).

Seusai melalui Pos 4 jalur kelihatan lumayan jelas serta tak tidak sedikit percabangan lagi. Dengan berlangsung menempuh kurang lebih 1 jam bakal hingga di Pos 5. Jalur terus menanjak melintasi hutan lebat serta kadangkala pendaki wajib melintasi akar-akar pohon. Sepanjang jalur Kutajaya ini pemandangan monoton hanya berupa hutan-hutan, tetapi pendaki kadangkala bakal menonton satwa-satwa semacam aneka tipe burung, juga suara-suara monyet, bahkan seringkali rombongan monyet melintasi jalur ini.

Untuk menuju Pos 6 dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Di Pos 6 tersedia tanah datar yang lumayan untuk mendirikan 1 buah tenda. Tetap dibutuhkan lagi waktu kurang lebih 1 jam perjalanan untuk menuju puncak Gunung Salak I. Penjalanan melalui jalur ini bakal hingga cocok di samping makam Mbah Gunung Salak alias puncak Gunung Salak 1 dengan ketinggian 2.211 mdpl.

Jalur Pasir Reungit

Untuk menuju ke Pasir Reungit dari stasiun Bogor naik mobil angkot jurusan Bebulak. Kemudian dari terminal Bebulak disambung dengan mobil jurusan Leuwiliang, turun di simpang Cibatok. Dari Cibatok disambung lagi dengan mobil angkutan pedesaan ke Gunung Picung alias Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang beres di Pasir Reungit.

Untuk menuju puncak gunung Salak I jalur ini adalah jalur terpanjang sebab wajib memutar serta melintasi Kawah Ratu. Jalur pendakian dari Pasir Rengit ini untuk menuju ke Kawah Ratu mempunyai medan menanjak serta berbatu melalui air terjun.

Di rute ini bisa dijumpai dua kawah berkapasitas kecil, yakni Kawah Monyet serta Kawah Anjing. Pada musim hujan beberapa tahap medannya berubah menjadi saluran air alami. Di kurang lebih Desa Pasir Reungit tersedia perkemahan serta tiga mata air yakni, Curug Cigamea Satu, Curug Cigamea Dua, serta Curug Seribu, yang bisa disinggahi sebelum ke Kawah Ratu. Curug Cigamea ini tingginya tak lebih lebih 50 meter.

Tak jauh dari kampung Pasir Rengit, tersedia Curug Ngumpet. Tumpahan airnya lumayan lebar dengan ketinggian kurang lebih 20 meter. Sedangkan Curug Seribu mempunyai tinggi mencapai 200 meter, serta tumpahan curug lumayan besar serta menyatu, jadi dari jarak jauh telah terasa percikan airnya yang dingin.

No comments:

Post a Comment