Friday, March 6, 2015

Mendaki Gunung Merbabu



Gunung Merbabu terletak di jawa tengah dengan ketinggian 3.142 mdpl pada puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "meru" yang berarti gunung dan "babu" yang berarti wanita.Gunung ini dikenal sebagai gunung tidur meskipun sebetulnya mempunyai 5 buah kawah: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, Kendang, Rebab, sertakawah Sambernyowo. Gunung Merbabu bisa di daki dari empat jalur yaitu Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo.




  • Pendakian Jalur Thekelan 

Perjalanan dari Pos Tekelan yang terletak ditengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melalui kebun penduduk serta hutan pinus. Di sini kami bisa menyaksikan pemandangan yang begitu indah ke arah gunung Telomoyo serta Rawa Pening. Di Pos Pending kami bisa menjumpai mata air, juga kami bakal menjumpai sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kami bakal melalui Pereng Putih kami wajib berhati-hati sebab sangat terjal. Kemudian kami melalui sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah menonton kota Salatiga khususnya di malam hari.

Dari Pos I kami bakal melalui hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka serta jalan mulai menanjak curam. Kami mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kami bisa berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang bisa dimasuki 5 orang. Bila ada badai sebaiknya tak melanjutkan perjalanan sebab sangat berbahaya. Mendekati pos empat kami mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam serta tak sedikit pasir maupun kerikil kecil jadi licin, angin kencang mengangkat debu serta pasir jadi wajib siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar sebab di puncaknya tersedia sebuah Pemancar Radio.

Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit serta tebing yang indah. Kami bisa turun menuju kawah Condrodimuko. Serta disini tersedia mata air, bedakan antara air minum serta air belerang.Perjalanan dilanjutkan dengan melalui tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri serta kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kami bakal hingga di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) serta ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Dari puncak Kenteng songo kami bisa memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing serta Sundoro yang kelihatan sangat jelas serta indah, seakan-akan menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo serta Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, tidak hanya sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan segi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kami setiap saat.

  • Pendakian Jalur Chuntel 

Untuk menuju ke Desa Cuntel berlangsung terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Tak sedikit tanda penunjuk arah baik di kurang lebih desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang terletak di tengah perkampungan ini, pendaki bisa beristirahat serta mengisi persediaan air. Pendaki juga bisa membeli beberapa barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.

Seusai meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur telah mulai menanjak mendaki perbukitan yang tak sedikit ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapakberupa tanah kering yang berdebu khususnya di musim kemarau, jadi mengganggu mata serta pernafasan. Untuk itu sebaiknya pendaki memakai masker pelindung serta kacamata.Seusai berlangsung kurang lebih 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki bakal hingga di pos Bayangan I.

Pos Bayangan I ini tempat pendaki bisa berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang tetap serupa yaitu menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, kurang lebih 30 menit bakal hingga di Pos Bayangan II. Di pos ini juga tersedia banguanan beratap untuk beristirahat.

Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur tak sedikit ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus tetap tumbuh dalam jarak yang berjauhan.Pos Pemancar alias tak jarang juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya tersedia stasiun pemancar relay. Di Pos ini tak sedikit tersedia batu-batu besar jadi bisa dipakai untuk berlindung dari angin kencang. Tapi angin kencang kadang datang dari bawah mengangkat debu-debu yang beterbangan.

Pendakian di siang hari bakal terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing serta Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran di belakang Gn. Telomoyo.Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana serta pemandangan di kurang lebih Pos Helipad ini sungguh sangat menarik. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih semacam muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah tersedia sebuah mata air, pendaki wajib bisa membedakan antara air minum serta air belerang.

Perjalanan diteruskan dengan melalui tanjakan yang cukup terjal serta jurang disisi kiri serta kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Setelah itu kami bakal hingga di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) serta ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.Dari puncak Kenteng songo kami bisa memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, terlihat dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing serta Sundoro yang kelihatan sangat jelas serta indah, seakan-akan menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo serta Gn.Ungaran. Dari jauh ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

  • Pendakian Jalur Wekas 

Wekas ialah desa terbaru menuju puncak yang memerlukan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas ialah jalur singkat jadi jarang tersedia lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I lumayan lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan bakal menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, serta Tembakau, juga bisa ditemui ternak kelinci yang kotorannya dipakai sebagai pupuk. Rute menuju pos I lumayan menanjak dengan waktu tempuh 2 jam.

Pos I ialah sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di kurang lebih area ini tetap tak sedikit tersedia warung serta rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan tetap melalui ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II ialah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.

Pos II ialah sebuah tempat yang terbuka serta datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu serta hari libur Pos II ini tak sedikit dipakai oleh para remaja untuk berkemah. Jadi pada hari-hari tersebut tak sedikit penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini tersedia asal air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.

Dari Pos II tersedia jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan asal air bagi masyarakat kurang lebih Wekas hingga desa-desa di kurang lebihnya. Jalur ini mengikuti ajaran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke ajaran sungai dibawah kawah. Tersedia dua buah ajaran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, jadi menjadi sebuahpemandangan yang sangat menarik dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.

Setelah pos II jalur mulai terbuka hingga berjumpa dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Suasana serta pemandangan di kurang lebih Pos Helipad ini sungguh sangat menarik. Di sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih semacam muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah tersedia sebuah mata air, pendaki wajib bisa membedakan antara air minum serta air belerang.

Perjalanan diteruskan dengan melalui tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri serta kanannya. Tanjakan ini diberinama Jembatan Setan. Kemudian kami bakal hingga di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) serta ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. Dari puncak Kenteng songo kami bisa memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing serta Sundoro yang kelihatan sangat jelas serta indah, seakan-akan menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo serta Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

  • Pendakian Jalur Selo 

Kecamatan Selo masuk wilayah Kabupaten boyolali, Jawa Tengah. Selo berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu serta Gunung Merapi. Pendaki yang hendak menapaki puncak Gunung Merapi lebih suka mengambil jalur dari Selo ini. Sedangkan Pendaki Gunung Merbabu lebih suka mendaki dari Kopeng serta turun di Selo.

Sebelum meperbuat Pendakian sebaiknya lapor di Kantor Polisi Selo, seusai mendaftar untuk menuju ke basecamp Gn. Merbabu, dari Selo cocoknya dari kantor Polisi, pendaki wajib berlangsung kaki menyusuri jalan aspal kurang lebih 3 jam, lumayan jauh serta menanjak jadi lumayan melelahkan. Melintasi perkampungan penduduk serta ladang-ladang yang berada di lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, alias bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berlangsung kaki bisa menjadi opsi yang lebih terjangkau.

Biasanya pendaki menginap di rumah warga seusai alias sebelum mendaki gunung Merbabu yang juga menjadi basecamp. Rumahnya sangat besar bisa menampung puluhan pendaki yang menginap. Di rumah warga ini pendaki bisa memesan makanan serta minuman, semacam nasi goreng, mie rebus, serta kopi. Stiker kaos serta aneka cendara mata juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa rumah-rumah penduduk ini. Hanya tersedia satu buah kamar mandi yang airnya mengalir sangat kecil jadi jika ramai pendaki yang menginap, maka wajib mengantri lama untuk ke kamar mandi.

Dari basecamp, pendakian diawali dengan melintasi area perkemahan yang sangat luas yang ditumbuh pohon-pohon pinus jadi lumayan rindang serta sejuk di siang hari. Agak landai kemudian mulai memasuki kawasan hutan. Jalur pendakian tetap lumayan landai, tapi bakal tak sedikit dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar serta rumput, untuk itu tetap pilih jalur yang paling lebar. Berlangsung kurang lebih satu jam bakal hingga di perempatan jalur.

Dari perempatan jalur tetap agak landai melintasi hutan bakal berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Seusai menyeberangi sungai kering jalur mulai agak menanjak tapi tetap melintasi hutan. Seusai berlangsung kurang lebih satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki bukit serta hinggalah kami di tikungan macan. Di Tikungan Macan ini kami bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang tetap diselimuti hutan yang lebat. Di tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa kesasar sebab jalur yang sebetulnya berada disisi samping bukan lurus ke bawah.

Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, tapi tetap melintasi hutan yang telah tak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak susah serta terus terjal. Kurang lebih satu jam dari Tikungan Macan pendaki bakal hingga di Batu Tulis.

Batu Tulis ialah tempat terbuka yang lumayan luas, di tengahnya tersedia sebuah batu yang lumayan besar. Pemandangan indah di kurang lebih Batu Tulis bisa menjadi pengobat lelah. Tak sedikit tersedia Edelweiss yang tumbuh tinggi serta besar jadi bisa dipakai untuk berteduh. Pendaki yang turun Gn.Merbabu, di Batu Tulis ini tersedia juga jalur pilihan yang kelihatan sangat jelas tapi sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan segi jurang di kira serta kanan, sebaiknya tak melalui jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.

Dari Batu Tulis medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat terjal serta berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali jadi butuh perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas. Puncak Gunung Merbabu tetap belum kelihatan, pendaki tetap wajib melalui empat buah bukit yang terjal untuk hingga di puncak Gunung Merbabu.

Kurang lebih 1 jam berjuang melintasi medan yang berat serta terjal pendaki bakal hingga di puncak bukit, selanjutnya turun serta landai melintasi padang rumput. Pemandangan kurang lebih di Padang Rumput ini sangat indah, semacam bukit-bukit Teletubies. Sedikit naik bukit serta kemudian turun lagi pendaki bakal hingga di Jemblongan yaitu sebuah tempat yang tak sedikit di tumbuhi Edelweiis dalam ukuran besar serta rapat jadi sehingga membentuk hutan yang rindang.

Pendaki bisa beristirahat sebentar sambil tiduran di bawah rindangnya hutan Edelweiss. Di sini ialah tempat terbaru yang bisa dipakai untuk berteduh serta beristirahat dengan enjoy, sebab jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering serta sangat terjal, berdebu di musim kemarau serta sangat licin di musim hujan. Dari Jemblongan kembali pendaki wajib berjuang untuk mendaki bukit yang terjal, licin serta berdebu. Puncak Gunung Merbabu tetap belum kelihatan sebab tertutup bukit. Pemandangan alam lumayan menghibur, di segi kiri tersedia Gunung Kenong serta di segi kanan tersedia gunung Kukusan yang runcing serta terjal. Seusai berlangsung kurang lebih 1 jam bakal tampak puncak Gunung Merbabu. Pemandangan yang sangat indah di depan mata, sekaligus pemandangan yang mencengangkan, sebab kami memandang jalur medan terjal yang wajib kami tempuh untuk menggapai puncak gunung Merbabu. Berbalik arah pemandangan ke arah Gunung Merapi juga sangat indah sekali. Bila kami berlangsung dengan cermat kurang lebih kurang lebih 25 meter di sebelah kanan jalur bakal kami temukan sebuah batu berlobang.Kurang lebih 30 menit hingga 1 jam diperlukan perjuangan akhir dengan menapaki jalur padang rumput yang terjal serta berdebu untuk mencapai Puncak paling atas gunung Merbabu. Setelah sampai di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kami berlangsung kurang lebih 10 menit ke arah Timur.

Di Puncak Kenteng Songo tersedia batu berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini tersedia batu kenteng / lumpang / bercelah dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut pengamatan paranormal. Mata biasa hanya menonton 4 buah batu berlobang. Dari puncak Kenteng songo kami bisa memandang Gn. Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali.Ke arah barat tampak Gn.Sumbing serta Sundoro yang kelihatan sangat jelas serta indah, seakan-akan menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn. Telomoyo serta Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

No comments:

Post a Comment