Saturday, March 7, 2015

Mendaki Gunung Lawu



Pendakian pada gunung Lawu 3265 mDpl bisa melewati 3 jalur. Jalur selatan yaitu melewatiCemoro Sewu, Jalur Barat melewati Cemoro Kandang, serta Jalur yang terbaru merupakan jalur yang jarang sekali di lalui oleh orang pada umumnya hanya warga Ngawi pada kususnya.Yaitu jalur Srambang. Kami kupas satu persatu jalur ini, yang pertama bagi kamu yang pergi dari Jawa timur, pasti saja perjalanan kendaraan di awali dengan manaiki bus dari terminalMaospati sampai terminal Magetan. waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Jalan jalan menyusuri sesawahan padi. Sampai sedikit masuk ke kota Magetan hawa telah beranjak sejuk. Di kota ini produk harapan nya merupakan kerajinan kulit, serta pastinya ada tak sedikit sekali barang yang bisa kami buru pada pasar sentral industri lokal. Ada tas, sabuk, sepatu serta pernak pernik lainya seputar kulit.

  • Jalur Pendakian Cemoro

Sewu Nah kini kami mengulas medan cemoro sewu hingga puncak. Awal pendakian jalan tetap lebar serta agak datar, seusai memasuki pos 1 barulah tanjakan demi tanjakan menantang di depan kita. Jalanpun juga terus menyempit. Pepohonan di kurang lebih pos 1 hingga pos 3 tetap sama yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Tetapi sayang sekali pada kanan kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladang penanaman kobis serta wortel.

Sedangkan pepohonannya rata-rata telah tidak sedikit yang mati. Pada pos 1 hingga pos 2 aroma menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung belerang, adapun tempatnya masuk ke dalam hutan manjauhi jalan. Tanjakan terus ngetrek saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah seusai pos 4 flora perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah serta ngarai.

Daerah di kurang lebih pos lima tidak jarang di sebut dengan Cokro Suryo, Cokro Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luassemacam alun alun. Masuk pada jalan berikutnya telah tidak terlalu ngetrek kami memasuki daerah sumur Jolotundo, yaitu suatu  sumur berupa gua vertikal serta tersedia sumber air yang kecil di dalam nya.

Konon ada cerita apabila kami masuk serta mengadahkan mulut menghadap ke atas, serta dengan cara kebetulan tenggorokkan kami ter tetesi oleh air yang menetes dari langit langit gua, maka kami bakal di beri limpahan sejeki oleh yang maha kuasa. Selang berbagai puluh meter dari sumur Jolotundo kami bakal hingga pada suatu  sendang, dengan nama sendang Derajat. Air terang saja membeludak di sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan berbagai toilet umum. Serta juga tidak sedikit sekali pedagang nasi pecel musiman yang sengaja berdagang kebutuhan makan saat musim pendakian semacam bulan Suro hari ini. Berikutnya kami melingkari bawah puncak gunung untuk hingga pada Hargo Dalem, suatu  petilasan Prabu Brawijaya ke V, serta suatu  makam sunan Lawu. Di wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah ini tidak sedikit sekali rumah rumahan yang di buat para pedagang musiman, serta terbukti di bikinkan rerumahan namanya Kandang Jaran alias Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu Brawijaya ke V, serta suatu  makam sunan Lawu.

Nah pada pagi harinya barulah kami bakal melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah dengan ketinggian 3165 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu trianggulasi, serta tidak sedikit sekali sesembahan berupa dupa, kembang serta berbagai makanan, ntah untuk siapa. Dari puncak ini kami dapat menonton ke arah timur yaitu gunung Wilis, serta apabila saja cuaca lagi keren kerennya kami dapatmenyaksikan ke agungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Apabila menonton ke arah barat dapat di lihat gunung Merapi serta gunung Merbabu.


  • Jalur Pendakian Cemoro kandang


Bagi kamu yang ingin mendaki dari Jawa Tengah serta Jogja,bisa menaiki bus dari terminal Solo, melalui Palur serta Karanganyar, serta bus beres di Tawangmangu (populer dengan gerojokan sewu nya) Dari Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, alias naik L300, untuk menuju ke Cemoro Kandang.

Dalam perjalan mata kami selaui manatap hamparan sesawahan kobis, wortel serta kentang, dipinggir pinggir jalanya pun ada berbagai warga yang mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang biasanya kami terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya sekedar mengobrol saja. Sebab di Cemoro Kandang tersedia lebih banya warung dari pada di Cemoro Sewu.

Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak ngetrek, tetapi cenderung melingkar serta menyusuri lereng bukit (kalo cemoro sewu melalui punggung bukit) hingga pos 2 aroma dari belerang sangat menyengat, flora dari pos 1 hingga pos 4 merupakan tanaman lamtoro gunung, pinus serta pakis, di selingi tanaman perdu gunung.

Hingga memasuki Jurang Pangariparip jalan rutin menyusuri lereng, tetapi apabila anada tidak ingin berlangsung melingkar kamu dapat langsung melalui jalan sidatan, ngetrek serta kalo turun hujan jalur ini bakal di lewati air bah pegunungan. Hingga pada pos 4 kelak flora telahmulai jarang, serta di gantikan rerumputan gunung, Cokro srengenge lebih luas melalui jalur ini, hamparan rumput menghampar hingga kelak berjumpa dengan jalur dari Cemoro Sewu, di daerah HargoDalem,


Kamu bakal memasuki daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selinggi bebatuan yang tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng merupakan pasarnya Setan. Apabila menonton ke arah utara yaitu Segi Pasar Dieng mata kami tentu bakal tertuju pada suatu  bukit yang mempunyai menara BTS, yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui segi sebelah timur bukit Hargo Kahyangan inilah kami dapat melalui jalur pendakian dari segi Utara (Ngawi).

No comments:

Post a Comment