Wednesday, March 11, 2015

Mendaki Gunung Slamet



Gunung Slamet adalah gunung paling atasdi Jawa Tengah serta adalah gunung paling atas kedua di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.432 mdpl. Gunung Slamet bisa didaki melalu tiga jalur, dari jalur sebelah Barat Kaliwadas, dari jalur sebelah selatan Batu Raden serta dari jalur sebelah timur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, tidak hanya pemandangannya indah juga tak sedikitnya kera liar yang bisa ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.




Jalur Pendakian Bambangan

Jalur Bambangan merupakan jalur yang sangat terkenal serta merupakan jalur yang paling tak jarang didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden serta Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga serta dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung memakai mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terbaru di kaki gunung Slamet.

Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki bisa mengecek kembali perlengkapannya serta mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki bakal menyeberangi sungai dengan tutorial melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan ajaran air deras bakal menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya bakal melalui ladang penduduk selagi 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal.

Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa serta tetap berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin serta terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selagi tak lebih lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan tetap semacam sebelumnya, jalur tetap tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat serta indah, selagi kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.

Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selagi kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak serta hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini tersedia mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.

Pendaki bakal melalui Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, serta sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga bakal melalui Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk menonton terbitnya matahari.

Kira-kira 30 menit kemudian pendaki bakal tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki bakal bisa menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur.

Setelah Plawangan lintasan terus luar biasa sekaligus menantang, tidak hanya pasir serta bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri tersedia jurang serta tak ada satu pohon pun yang bisa dipakai sebagai pegangan.

Di daerah ini tak jarang terjadi badai gunung, oleh sebab itu pendaki dihimbau untuk mendaki di pagi hari. Tak sedikit pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan hingga di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki bisa menonton puncak Slamet yang begitu besar serta hamparan kaldera yang sangat luas serta menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kami ingin turun menuju jalur lain, umpama Guci, pendaki wajib melalui kompleks kawah untuk memilih jalur yang diharapkan.

Jalur Pendakian Kaliwadas
Kaliwadas merupakan suatu  dusun yang berketinggian 1850 mdpi serta masuk wilayah Desa Dawehan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, alias tepatnya berada pada barat daya lereng Gunung Slamet. Untuk menuju Kaliwadas bisa ditempuh dari kota Bumiayu menuju Pangasinan dengan memakai Angkutan Pedesaan tipe Colt yang memakan waktu 2 jam. Setiba di Pasar Pangasinan, perjalanan dilanjutkan menuju Kaliwadas dengan memakai Jeep Hardtop alias memakai angkutan umum tipe kendaraan terbuka yang beroperasi hingga pukul 18.00 wib.

Pendaki bisa menyiapkan semua perbekalan serta perizinan dari Kaliwadas ini. Kira - kira 300 m selepas jalan desa, pendaki diarahkan menuju jalan setapak. Satu jam kemudian pendaki bakal melalui Tuk Suci yang oleh penduduk setempat diartikan sebagai mata air suci. Di Tuk Suci ini tersedia ajaran air yang dibendung, yang bermanfaat sebagai irigasi desa di bawahnya. Selepas Tuk Suci, medan mulai menanjak menembus lorong-lorong flora Bambu yang berkapasitas kecil. Penduduk kurang lebih menyebutnya Pringgodani. 60 menit kemudian pendaki bakal tiba di pondok Growong.

Pondok Growong yaitu tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Di kurang lebih area ini tak sedikit ditemukan pohon besar yang di bawahnya tersedia celah berkapasitas lumayan besar. Selepas pondok Growong lintasan relatif datar hingga pada suatu  jembatan kecil yang bemama taman Wlingi, yang berada di ketinggian 1953 mdpl. Di daerah ini tersedia persimpangan, lintasan yang lurus serta lebar menuju ke Sumur Penganten. Berjarak 500 m dari area tersedia sumber air, yang juga merupakan suatu tempat keramat di mana tak sedikit peziarah yang datang untuk meminta berkah.

Jalur ke kiri adalah lintasan yang menuju ke puncak. Keadaan lintasan terus menanjak. Di sepanjang lintasan mulai tak sedikit dijumpai pohon tumbang serta pohon penyengat. Lintasan kadang tertutup oleh semak belukar jadi pendaki wajib waspada supaya tak tersesat. Lintasan mulai kembali melebar ketika pendaki melalui persimpangan Igir Manis yang berada di ketinggian 2600 mdpl. Di kurang lebih area ini bakal didapati tetumbuhan Adelweiss serta tetumbuhan Arbei. Seusai itu pendaki bakal hingga di Igir Tjowek yang berada di ketinggian 2750 mdpl. Daerah ini masuk kawasan Gunung Malang. Di sini terjadi pertemuan jalaur ini dengan jalur Baturaden. Beberapa meter kemudian barulah pendaki tiba di Plawangan.

Plawangan adalah sebuah tanah yang lumayan datar di daerah terbuka, sekaligus sebagai batas vegetasi. Untuk menuju puncak dibutuhkan waktu kira-kira 2 jam. Pendaki bisa pergi pagi supaya bisa menikmati keadaan puncak serta sekitamya dalam keadaan cuaca cerah. Selepas Plawangan lintasan terus tajam hingga mencapai aspek pendakian 60. Selanjutnya keadaan lintasan semakfn parah dengan medan bebatuan vulkanik yang mudah longsor. Aroma belerang terasa menyengat dari kawah ketika pendaki tiba di puncak bayangan. Setiba di daerah ini, pendaki tinggal melipir pada gigir kawah menuju arah timur.

Seusai melalui Tugu Surono yang berupa tumpukan batu, pendaki bakal hingga di puncak paling atas Gunung Slamet yang ditandai dengan patok triangulasi serta tower. Dulu tempat ini juga dipakai sebagai pemantauan aktivitas gunung api ini. Di puncak paling atas kedua se-Jawa ini pendaki bisa menyaksikan pemandangan pada arah timur. Tampak beberapa puncak semacam Gunung Sumbing, Sundoro, Merbabu, Merapi, serta puncak Ciremai di arah barat. Semuanya berdiri kokoh sekan-akan menjadi pasak bumi Pulau Jawa.

Jalur Pendakian Batu Raden 
Dari kota Purwokerto menuju tempat wisata Batu Raden menempuh jarak 15 km arah utara serta bisa ditempuh selagi 30 menit dengan memakai Angkutan umum. Batu Raden yang merupakan daerah wisata yang terkenal dengan Pancuran Telu serta Pitu ini berada di ketinggian 760 mdpl. Pancuran tersebut merupakan ajaran mata air panas yang mengandung belerang. Jalur ini merupakan jalur tersusah serta jarang dilewati pendaki.

Terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian kurang lebih 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Kamu bisa menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18 Celcius 25 Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi paling besar serta gunung paling atas ke-2 di Jawa.

Apabila cuacanya keren, Kota Purwokerto bisa terkesan dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap serta Nusa Kambangan. Ketika kami menonton gunung Slamet, kami bisa menonton lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen. Taman Rekreasi di Baturraden menyaapabilan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang serta Pancuran. Di tempat ini juga bisa dinikmati beberapa mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang. Tempat pemandian air panas, Kintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala.

Selepas pal Taman Wisata Batu Raden, lintasan berbelok ke kanan serta menurun. Dalam perjalanan menuju pos I tak sedikit ditemui cabang lintasan, yang merupakan jalan tikus yang tak sedikit dibangun oleh penduduk setempat. Di tengah perjalanan pendaki bakal melalui suatu  sungai. Seusai itu lintasan kembali datar dengan sajian jurang yang menganga pada segi kanan lintasan. Untuk hingga di pos I dibutuhkan waktu selagi 3 jam.

Selepas pos I lintasan mulai menanjak dengan sajian hutan yang rimbun serta asri, selagi 2 jam. Untuk hingga di pos III dibutuhkan waktu selagi 3 jam dengan lintasan yang tak begitu menanjak. Vegetasi di pos III tetap dalam kungkungan hutan hujan Tropis. Selepas itu pendaki bakal melipir pada suatu  punggungan tipis yang berada di ketinggian 1664 mdpl. Daerah tersebut bemama Igir Leiangar. Selepas pos IV, tepatnya di puncak Gunung Malang, bakal ditemui persimpangan dengan jalur Kaliwadas. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju ke Plawangan, lalu berbelok ke kanan menuju puncak Slamet.

No comments:

Post a Comment