Thursday, March 5, 2015

Mendaki Gunung Raung

Gunung Raung 3.332 (m dpl), berada dalam jajaran Pegunungan Ijen serta tergolong sebagai gunung berapi yang tetap aktif dengan jenis stratovolcano, memiliki kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan kurang lebih 750 m x 2,250 m serta tetap rutin mengeluarkan asap serta semburan api.


Dua Jalur Pendakian Gunung Raung
  1. Jalur Pendakian Gunung Raung via Kalibaru (Puncak Sejati). 
  2. Jalur Pendakian Gunung Raung via Asal Waringin (Puncak Bayangan). 
Jalur Pendakian Via Asal Waringin 
Transportasi dan Perijinan





Via Kalibaru 
Dari Surabaya – Kalibaru bisa naik Bus 50 rb Kereta (Bisnis 70 rb / Ekonomi 24 rb)

Perijinan 
Sebelum meperbuat pendakian kami harus mengurus surat ijin terhadap Kecamatan, kepolisian dan perhutani (berupa izin tertulis kalo kami meperbuat pendakian, waktu dan peserta), seusai berakhir mengurus perijinan kami bisa cari ojek menuju rumah Bp. Suto di dusun Wonorejo Rt 01/01 Desa Kalibaru Wetan – Banyuwangi. Memakai ojek motor dengan harga Rp 15.000/ojek, Nama Bp. Suto yang seorang purnawirawan AD nyatanya telah lumayan familiar ditelinga para tukang ojek St. Kalibaru.  

Jalur Pendakian Via Kalibaru (Puncak Sejati)
Gunung Raung jalur kalibaru adalah jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, dimana diperlukan waktu pendakian normal selagi 6 hari yang tentunay diperlukan juga fisik dan mental yang keren dan peralatan khusus dan teknik pemanjatan untuk menggapai puncak sejatinya.Berikut ini adalah jalur pendakian dan pos yang bakal dilalui untuk mencapai Puncak Sejatinya:

Basecamp,– Pos1
Dimulai dari Basecamp/rumah Pak Suto bakal berlangsung sejauh 5600 m, melalui perkebunan penduduk yang mayoritas adalah perkebunan kopi, dan kurang lebih 2,5 jam kemudian bakal tiba di Pos 1(ditandai dengan suatu  rumah bekas di tengah kebun kopi milik Pak Sunarya). Di sebelah kiri jalur Pos 1 ini ada jalur menuju sungai yang adalah asal air terbaru di jalur pendakian ini, disini diharapakan setiap pendaki untuk mengisi perbekalan air sebelum melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap pendaki harus mengangkat 10 liter air. Apabila ingin mempersingkat waktu dan manjuritas tenaga maka untuk menuju Pos 1 bisa diperbuat dengan memakai kendaraan ojek dari basecamp dengan harga Rp. 10.000,- hingga dengan Rp. 15.000,-/Orang. Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980mdpl.

Pos 1 – Pos 2
Dari Pos 1 berlangsung bakal berlangsung melalui batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki hutan yang lebar tetapi lebat dengan pepohonan dimana tersedia tidak sedikit pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui belum tidak sedikit menanjak dan cenderung melipir menyisiri hutan.Diperlukan waktu normal selagi tidak lebih lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari Pos 1 menuju Pos 2 sejauh 4130 meter. Pos 2 ini adalah tempat camp yang terluas selagi jalur pendakian dan pendaki bisa bermalam disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 mdpl.  

Pos 2 – Pos 3
Dimulai dari Pos 2 inilah para pendaki bakal mulai melalui track menanjak mengikuti punggungan dan tidak lagi melipir. Track yang dilalui lumayan sempit dimana di sebelah kirinya adalah jurang. Diperlukan waktu kurang lebih 1 jam untuk mencapai Pos 3, di pos 3 ini terletak persis di tengah jalur pendakian tetapi agak luas dan bisa mendirikan camp dengan 2 tenda.Camp 3 terletak pada ketinggian 1656mdpl.  

Pos3 – Pos 4
Lepas dari pos 3 pendakian dimulai dengan melalui jalan landai, kemudian bakal melalui turunan sebelum berpindah punggungan dan melalui jalan menanjak yang lumayan panjang. Seusai tidak lebih lebih 2 jam bakal tiba di Pos 4, suatu  tanah lapang yang sempit tetapi bisa dipakai untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Pos 4 terletak pada ketinggian 1855 mdpl.

Pos 4 – Pos5
Pendakian pada rute ini tetap tetap dalam satu punggungan tetapi track yang dilalui terus terjal dan rapat dimana tidak sedikit tersedia pohon berduri(disarankan selagi pendakian memakai pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini bakal menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selagi lebih tidak lebih 45 menit. Pos 5 ini tidak terlalu luas tetapi sedikit di bawah pos 5 juga tersedia tempat yang lumayan luas untuk beristirahat dan biasanya di area pos 5 ini dipakai untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan pendakian. pos 5 terletak pada ketinggian 2115 mdpl.

Pos 5 – Pos 6
Seusai beristirahat di pos 5 bersiaplah kami untuk melanjutkan pendakian yang terus berat dimana jalurnya terus terjal dan tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah diinginkan berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama sebab hanya kurang lebih 30 menit bakal tiba di camp 6/Pos 3. Di pos 6 ini tersedia area camp yang berundak – undak setidak sedikit 3 undakan dan bisa dipakai untuk tempat bermalam. pos 6 terletak pada ketinggian 2285 mdpl.  

Pos 6 – Pos 7
Pendakian pada rute ini terus berat dimana bakal terus mendekati puncak Gunung Wates, yang pastinya tracknya terus terjal, jalur pendakiannya pun terus terbuka dan udara terus dingin diiringi angin yang terus kencang dank abut tipis yang mulai turun menutupi jalur pendakian.Seusai kurang lebih 45 menit kami bakal tiba di pos 7, yang adalah camp di area terbuka, suatu  dataran yang lumayan luas dan terbuka, bisa mendirikan 3 tenda. Di pos 7 ini kami bisa menikmati pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan tersedia puncak gunung wates, sebelah kiri dan kanan kami bisa menonton berjajar punggungan dan lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya dan gemerlap lampu-lampu di perkotaan yang tampak dari kejauhan bakal menjadi pemandangan yang bisa kami nikmati di malam hari, di pos 7 ini pun mulai tersedia bunga edelweisss yang apabila mekar menjadi pemandangan indah bagi kita. Kondisi di pos 7 ini tanahnya rawan longsor dan juga udara dingin dan angin yang berhembus kencang dikarenakan areanya yang sangat terbuka, untuk itulah supaya berhati-hati apabila ingin bermalam di pos 7 ini. pos 7 terletak pada ketinggian 2541 mdpl.

Pos 7 – Pos 8
Perjalanan dari pos 7 menuju pos 8 diawali dengan melalui punggungan terbaru menuju puncak gunung wates selagi kurang lebih 45 menit, sementara itu jalurnya lumayan terjal dan rapat oleh pohon berduri. Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang yang sangat membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian. Seusai berlangsung melipir kami bakal mulai melalui track menanjak dimana mulai tersedia vegetasi khas puncak gunung. Total waktu menuju pos 8 ini adalah kurang lebih 2 jam perjalanan normal.pos 8 terletak pada ketinggian 2876 mdpl. Pos 8 – Pos 9 Inilah rute terbaru yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya terus terjal, mulai tidak sedikit bunga edelweiss, vegetasinya pun terus jarang dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Seusai berlangsung kurang lebih 1 jam barulah kami tiba di pos 9 yang adalah camp terbaru yang bisa kami gunakan untuk beristirahat, di pos 9 ini adalah batas vegetasi sebelum melalui bebatuan untuk mencapai puncak raung. Pos 9 terletak pada ketinggian 3023 mdpl.

Pos 9 – Puncak Raung
Dari pos 9 yang adalah batas vegetasi selanjutnya kami berlangsung selam lebih tidak lebih 10 menit dan bakal tiba di puncak semu gunung raung 3154mdpl, tidak jarang puncak ini juga dinamakan puncak kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini. Di atas puncak gunung raung inilah kami kembali bisa menikmati keindahan negeri di atas awan, dimana bisa memandangi indahan awan yang serasa begitu dekat dan sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak menjulang deretan punggungan gunung argopuro dan semeru, sementara pada arah sebaliknya bisa memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, tidak hanya itu di depan kami telah tampak jalur menuju puncak sejati yang sangat menantang, bebatuan dengan kanan kiri jurang dalam yang lumayan memacu adrenalin kami sebelum menapakinya, dan yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17 yang berbentuk piramida yang seoleh mengajak kami untuk segera mencapai puncaknya.


Via Asal Waringin Dari Bondowoso 
Carilah angkutan menuju Wonosari dan turun di pertigaan Gardu Atta. Dari pertigaan ini kami lanjutkan dengan angkutan menuju ke desa Asal Waringin. Dan dilanjutkan ke Pesanggrahan, yakni pos perijinan alias basecamp pendakian ke gunung raung. Untuk ke pesanggrahan kami jalan kaki saja sebab hanya berapa ratus meter saja dari tempat turunnya angkot ke desa Asal Waringin.

Perijinan 
Sesampai di basecamp, kami bakal ketemu penjaganya, seorang bunda setengah baya, yang ramah dan baik hati. Urusan administrasi silahkan bahas sendiri dengan bunda ini. Kadang kami bisa bahas lususan perut dengan bunda ini juga, soalnya bunda ini kadang memperkenalkan jasa buat masakin kita, lumayan lah, daripada masak sendiri. Ekonomis energy bisa sehingga alasan.

Puncak Raung – Puncak Sejati Gunung Raung
Inilah rute pendakian terbaru dan juga terekstrim yang harus kami lalui untuk mencapai puncak sejati. Dimulai dari puncak raung kami berlangsung turun melipiri bibir jurang lalu mengikuti suatu  jalan landai dan bakal tiba di titik ekstrim yang pertama. Di titik ini kami harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, untuk itulah di titik ekstrim pertama ini kami memasang jalur pemanjatan tidak lebih lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya tersedia pasak logam yang telah tertanam, bisa dipakai sebagai anchor utama. Seusai melalui titik ekstrim 1 kami terus bejalan menanjak menuju puncak 17/piramida,sampai pada titik ekstrim yang kedua yakni 10 meter sebelum puncak 17. Disini kami kembali harus membikin jalur pemanjatan, dimana leader meperbuat artificial climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan teknik jumaring. Selanjutnya perndakian diperbuat dengan melipir dan menuruni bibir jurang yang tipis sekali, disini adalah titik ekstrim ketiga yang juga harus dipasangi pengaman bisa dengan memakai tali kernmantel ataupun dengan membentangkan webbing sejauh tidak lebih lebih 10 meter. Selepas dari titik ekstrim ketiga ini kami terus berlangsung agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat tipis sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter. Akhirnya tibalah kami di titik ekstrim yang keempat/terbaru dimana kami harus memasang jalur untuk menuruni tebing 15 meter dan memakai teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Sesampainya di bawah kami tetap harus melanjutkan perjalanan, agak berlangsung menurun ke bawah kami tiba di suatu  tempat lapang dan teduh yang biasanya dipakai untuk tempat beristirahat sebelum melalui tantangan terbaru yakni mencapai puncak tusuk gigi(bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak sejati. Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang lumayan terjal dimana jalur yang harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila diinjak rawan sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan menjaga jarak antar pendaki selagi melalui track ini supaya apabila longsor batuan lepas tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya. Seusai mengakhiri tanjakan pada track bebatuan ini tibalah kami di puncak tusuk gigi yang tedapat tidak sedikit bebatuan besar,seusai itu dari puncak tusuk gigi kami melipir ke belakang dan kemudian berlangsung agak menanjak kurang lebih 100 meter tibalah kami di tempat yang menjadi tujuan akhir dari pendakian ini, ya itulah PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344 MDPL, ditandai dengan suatu  triangulasi dan plang puncak sejati dan pemandangan suatu  kawah besar yang tetap aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya.

NB: Pada saat meperbuat pendakian disarankan para pendaki memakai pakaian safety (baju dan celana panjang, apabila butuh dibekali geiters dikarenakan jalur yang dilalui tidak sedikit pohon berduri, dan pacet, dan hutan yang rapat). Setiap pendaki minimal mengangkat 10 liter air dikarenakan asal air hanya tersedia di pos 1, dan untuk mengantisipasi ketidak lebihan air di setiap camp disarankan membikin penampungan air/tendon(paling sederhana dengan membikinnya dari botol aqua besar yang dipotong terlebih dahulu). Pada saat menuju puncak sejati, tenda dan perlengkapan lainnya ditinggal di pos 4, dan hanya mengangkat daypack berisikan makanan, minuman dan perlengkapan pemanjatan(perlengkapan standar :tali kernmantel statis min 1 buah dengan panjang min 30 meter, webbing, carabiner screw dan non screw, jumar, figure of eight, prusik, harnest dan untuk mengantisipasi bisa pula mengangkat pasak logam untuk anchor tanam) 

Jalur Pendakian Via Asal Waringin 
Pondok motor 
Inilah shelter pertama, biasanya ada berbagai memperkenalkan jasa ojek ke tempat ini. Lumayan, kami bisa ekonomis waktu. Sebab dari basecamp ke pndok ini kalau jalan kaki kami membutuhkan energy dan waktu untuk menempuh tidak lebih lebih 8 Km, dan biasanya di tembuh kurang lebih 4 jam. Dan ingat! Tidak ada asal air di gunung raung kecuali di basecamp!  

Pondok sumur 
Shelter berikutnya, biasanya di gunakan untuk istirahat sejenak. Dari kurang lebih 6 jam perjalanan dari pondok motor. Disini tempatnya tidak begitu luas cuma lumayan untuk 2 tenda saja. 

Pondok Tonyok 
Kurang lebih 2 jam perjalanan dari pondok sumur. Tempat ini lumayan luas, lumayan untuk 4 tenda, tapi penulis melalaikan tempat ini untuk tempat bermalam alias mendirikan tenda, sebab argumen memperpendek jangkauan dari camp ke puncak. 

Pondok Demit 
Inilah tempat paling efisien untuk mendirikan camp. Ciri tempat ini adalah pohon kembar berdekatan, yang di bawahnya kami bisa mendirikan tenda, tapi cuma lumayan 2 tenda saja. Dari sini biasanya dengan metode summit attack untuk berangkat ke puncak. Sehingga barang dan logistic kami tinggal di camp, dan melanjutkan perjalanan ke puncak. Faktor ini di pilih oleh penulis sebab sangat efisien, dan pendakian bakal lebih ringan tanpa mengangkat beban. Biasanya summit attack di mulai jam 3 pagi, sebab dari pondok demit ke puncak diperlukan waktu 2 jam, sehingga kami tetap bisa menikmati sunrise di puncak gunung raung.  

Pondok Mayit 
Saat kami summit attack, tentu melalui shelter ini. Ini adalah tempat yang sangat lapang, tapi sayangnya tempatnya agak miring. Disini kami bisa mendirikan lebih dari delapan tenda.  

Pondok Angin 
Ini adalah satu-satunya shelter yang mempunyai tempat tang sangatlah terbuka, disini kami merasa di ketinggian, sebab pandangn yang luas dan tanpa terkendala oleh pohon-pohon yang lebat.  

In Memoriam Deden Hidayat 
Ini adalah batar vegetasi di gunung raung, di tempat ini tersedia prasasti in memoriam deden hidayat, adalah seorang pendaki yang tewas di gunung raung. Dari sini perjalan ke puncak mempunyai medan yang terjal dan berbatu cadas hingga mendampingi kami di bibir kawah.  

Puncak Raung 
Untuk menuju kepuncak di butuhkan nyali yang agak memadai, soalnya jalur ke puncak kami diharuskan berlangsung di bibir kawah yang membikin kaki kami kadang merinding. Untuk kesana silahkan ambil jalur ke kiri / ke timur dengan medan yang terbukti menanjak. Dan pilihlah jalur yang paling aman. Ingat! Keselamatan kamu tidak bisa di beli di toko obat manapun!  

Suggested camp 
Untuk pendakian jalur asal waringin, Bondowoso, penulis menyarankan untuk memakai pondok demit alias atasnya untuk camp. Ini disarankan apabila piknikers mendaki dengan satu kali bermalam saja. 

Puncak 
Puncak gunung raung adalah salah satu dataran paling atas di bibir kawah. Yang sebetulnya puncak yang kami daki dari jalur ini adalah titik paling atas kedua. Puncak paling atas pertama tidak bisa di jalan masuk dari jalur ini. Apabila ingin ke puncak paling atasnya maka pendaki harus mendaki via jalur selatan yakni jalur kalibaru di Banyuwang

No comments:

Post a Comment